Libur
Tidak ada yang spesial dari
cerita liburanku. Hanya sekedar berlibur di rumah selama bulan puasa. Memang
terkadang aku dan keluargaku berbuka di luar. Tapi setelah berbuka, kami
langsung pulang. Kami tidak menginap di luar kota, hotel, dan semacamnya.
Tidurpun hanya kadang-kadang terlalu malam. Tidur pada jam yang seharusnya.
Namun aku harus bangun sekitar jam 4 pagi untuk salat subuh. Rutinitasku yang biasa dengan sedikit pengubahan. Setelah
salat, aku bisa tidur lagi sampai jam 11 mengingat aku sedang berlibur. Rasanya
liburan terlalu cepat berlalu. Berlibur dalam waktu yang kurang lebih sebulan
tidak terlalu cukup untukku. Aku terlalu menikmati liburan dengan rutinitas
makan-tidur dengan sedikit aktivitas yang memerlukan tenaga hingga aku lupa
minggu depan adalah hari liburku yang terakhir. Karena tanggal 18 aku harus
pergi lagi ke sekolah. Lebaran juga sudah lewat beberapa hari lalu. Aku tidak
seharusnya menyia-nyiakan waktu liburku.
Hari Senin, tanggal 11 Juli,
aku mulai melakukan beberapa aktivitas seperti berjalan santai di jalanan dekat
rumah. Setelah 25 menit, kurasakan tubuhku begitu letih. Mungkin karena aku
tidak terbiasa melakukan aktivitas selama liburan. Awalnya rasa letih itu dapat
kulawan, namun lama-kelamaan, aku menyerah. Aku kembali ke rumah untuk
istirahat dan minum. Rasanya keringat baru saja bercucuran dari pelipis dan
punggungku. Gerah sekali. Aku langsung masuk ke kamar untuk mendinginkan
tubuhku. Aku tidak beranjak dari kamarku sama sekali setelah itu. Aku
merebahkan tubuhku di ranjang dan menyalakan laptop. “Komik baru apalagi yang
diterbitkan di sini?” aku bergumam sendiri. Kuambil selimut supaya posisiku
semakin nyaman. Segelas susu yang sedang mama siapkan untukku akan
menyegarkanku. Kudengar pintu geser kamarku
digeser. Mama membawakanku segelas susu full cream dingin kesukaanku, mama
memang tahu yang kubutuhkan saat ini.
Mama duduk
di pinggir tempat tidurku dan mengamati apa yang kulakukan. Dia
berbincang-bincang denganku sebentar masalah liburan. Mama bilang aku terlalu
terbuai dengan semua gadget dan kamarku. Ya, mama benar, aku terlena dengan
semua hal yang menarik perhatianku. Aku tahu tidak baik begini terus. Tapi
tidak tahu kenapa aku suka melakukannya. Aku hanya mengangguk-angguk tanda
mengerti sambil tetap mengarahkan pandanganku ke layer laptop. Sekitar 10 menit
mama mengoceh tentang masalah liburanku, setelah itu ia beranjak pergi sebelum
menawarkanku ingin sarapan apa. Pertanyaan yang menyulitkanku. Aku hanya bilang
ingin waffle. Mama pun pergi menelepon layanan pesan-antar makanan. Aku tetap
di kamar. Aku mencari-cari komik bagus yang baru di-update. Tema-nya horror
semua. Bukannya aku takut dengan komik horror, tapi komik horror luar negeri
kurang seram dibandingkan buatan Indonesia. Indonesia terkenal dengan
hantu-hantunya yang bikin merinding. Uji nyali di TV yang seharusnya tidak
terlalu seram pun dapat dibuat seperti film seram yang top. Jago banget
hantu-hantu itu memainkan perannya. Tapi kenapa komik dan hasil karya Indonesia
selain tema horror tidak ada yang menarik? Cerita comedy, superhero, drama,
terutama romansa, memiliki kualitas rendah. Cerita romansa dan dramanya itu-itu
saja. Seorang nakal, pasangannya baik, sehingga mereka musuhan, lalu baikan dan
jadian. Gak ada hal lainkah yang berbeda? Jadi khusus tema horror, yang kucari
adalah buatan Indonesia. Terkadang aku rela bergadang hanya untuk membaca
seluruh chapter horror-nya. Alasannya bukan hanya karena menarik, tapi juga
berhasil membuatku ketakutan setengah mati sampai mataku menolak untuk terpejam.
Untung masih hari libur.
Sudah 30
menit laptop kubiarkan menyala untuk mengalihkan perasaan laparku, aku belum
sarapan sejak mama menawarkan ingin sarapan apa. “Pesanan!!!” akhirnya datang
juga. Aku begitu semangat membuka pintu gerbang, menyambut kedatangan pengantar
makanan itu.
***
Rasanya
penuh sudah perutku. Aku mandi dan berganti pakaian. Aku membuat sebuah novel
karyaku. Aku harus menggunakan waktu luang sebaik-baiknya. Kubuka lagi laptopku
dan memasukkan flash disk-ku ke dalam lubangnya. Sebaiknya cerita ini kucicil
mulai sekarang, ini tidak akan jadi novel yang bagus kalau aku hanya menuangkan
separuh dari ideku setiap harinya. Aku butuh menulis 100 halaman lebih. Belum
termasuk data diri pengarang, daftar isi, dan lain-lain. Novelku tidak akan pernah
selesai. Mungkinkah kalian bertanya-tanya, novel seperti apa yang aku buat? Yah,
ceritaku tidak akan jauh dari kucing. Aku tidak sulit menemukan inspirasi,
malah kadang inspirasi datang begitu saja. Aku sulit merangkai kata agar enak
dibaca, jadi prosesnya butuh waktu agak lama.
Sore
harinya, aku jogging di pinggir jalan dekat rumah. Aku tidak akan memilih
patokan tempat yang jauh sekali dari rumah. Aku hanya jogging 200 meter dari
rumah, kemudian balik lagi 200 meter ke arah rumah. Begitu terus, hingga aku
mencapai jarak 1 kilo meter (1000 m). Aku tidak mau berjalan saat sedang
jogging, itu hanya akan melelahkan kondisi tubuhku, aku tetap berlari tapi
dengan napas yang teratur. Itu trik yang kutahu.
Malamnya,
entah mengapa tubuhku terasa lelah sekali. Aku bercermin, dan ya, wajahku
sangat kecapaian. Aku tidur pukul 8 malam setelah salat Isya, aku mudah sekali
tertidur malam ini. Tidak perlu lagi menghitung sampai 100… Aku akan skip waktu
selanjutnya, ke waktu yang akan kuceritakan (dan kuingat).
***
Hari Kamis,
tanggal 14 Juli 2016,
Papa dan
mamaku melakukan kerja bakti hari ini. Satu penyebabnya, ada virus panle
mewabah di rumahku. Tenang, virus itu tidak akan berefek pada manusia, hanya
akan menular pada kucing lainnya. Seperti manusia yang sedang pilek, manusia
lainlah yang tertular. Masalahnya, virus ini bukan seperti pilek, batuk atau
sejenisnya. Ini virus yang sangat berbahaya. 90% kemungkinannya kucing yang
terkena virus ini akan mati. Dari sekian banyak kucingku yang terkena panle,
hanya 2 yang bertahan dari virus mematikan itu. Tapi kejadian itu sudah lama
terjadi. Sudah setahun silam sejak virus panle menyerang kucing-kucingku. Hanya
mereka yang antibody-nya kuat yang bisa menahan virus mematikan itu. Dan bila
mereka sudah terkena virus itu lalu selamat, mereka tidak bisa terserang virus
panle lagi. Sama halnya seperti manusia yang terkena cacar air.
Saat papa
sedang menyapu halaman depan, di dekat pagar terdengar suara anak-anak kucing.
Insting seorang pecinta kucing, saat mendengar suara itu, papa langsung
meninggalkan sapu lidi-nya. Dia mencari-cari asal-muasal suara tersebut. Cuma
ada sebuah box dilapisi plastik berwarna hitam. Papa penasaran dan membukanya.
Lantas ia geram saat melihat apa yang ada di dalamnya. Bayi-bayi kucing yang baru
saja lahir, matanya masih belum terbuka, tubuhnya hampir sama dengan seekor
hamster kecil. Begitu lemah dan tak berdaya. Papa mencari-cari induknya, tapi
tidak juga ditemukan. Betapa teganya orang-orang itu membuang bayi-bayi kucing
ini. Menaruh mereka di dalam sebuah box, lalu dibungkus plastik hitam dan
diikat kuat.
Segera,
papa membawa mereka berlima masuk ke rumah. Ia menyiapkan kandang,
membersihkannya dengan alkohol, membilasnya agar tidak berkuman, dan membuatkan
susu sapi untuk mereka. Papa mencuci tangannya dulu, lalu mulai memberi mereka
susu sapi hangat itu. Mereka tampak kehausan. Kasihan sekali.
Setiap 2
jam, papa memberikan mereka berlima susu sapi. Mereka meminumnya dengan
tergesa-gesa, jelas sekali kalau mereka lapar dan haus. Jadi inilah penghuni
baru rumah kami. Paling muda di antara kucing-kucing di sini lainnya. Paling
berbeda, dan paling kecil. Semoga saja virus panle tidak menyerang bayi-bayi
ini.
***
Minggu,
17 Juli 2016,
Sudah
4 hari lamanya mereka berada di rumahku. Para penghuni baru itu semakin dewasa
dan tidak suka bermanja-manja. Berbeda dengan kucing lainnya yang suka menarik
perhatian. Mata mereka masih terpejam. Pada umumnya, bayi kucing matanya baru
akan terbuka di hari ke-7. Walaupun bisa lebih cepat dari 7 hari, tapi mereka
tidak minum ASI ibu mereka, mereka minum susu sapi yang mana akan memperlambat
pertumbuhan mereka. Oh, ya, aku akan lupakan tentang kucing dulu, ini hari
libur terakhirku! Hari terakhir aku bisa tidur dengan nyaman dan lelap, hari
terakhir aku bisa bersantai-santai. Tidak ada waktu libur lagi. Jadwal untuk
pekan depan di sekolah semakin padat. Aku tidak siap dengan apa yang akan
kuterima besok. Teman sekelasku, guru-guruku, wali kelas, kelas… Aku
benar-benar tidak siap. Sebaiknya kupersiapkan mentalku. Tidak masalah kalau
aku tidak mengenal siapapun di kelas, setidaknya mereka teman yang baik.
Setidaknya mereka tidak akan mengucilkanku. Ya, Allah, semoga aku bisa betah di
kelas baru ini, dan semoga teman-teman baruku menerimaku.
***
Tidak
tahu apa yang kupikirkan, tapi semua negative thinking itu sirna seketika saat
aku memulai kelas pertamaku. Teman-teman baruku bukan hanya cantik dan menarik,
mereka sangat ramah dan baik padaku. Apa yang semula kukhawatirkan berganti
dengan apa yang kunantikan. Hari ini, Senin 18 Juli, kumulai kedudukanku di
kelas 8, dan kuakhiri liburan panjangku, menutup liburanku dengan hari
pertamaku bersama teman-teman di kelas 8. Kuharap semakin hari semakin membaik
di kelas 8 ini.
Anindya
Azhra P. (4) VIII-D
Jakarta,
1 Agustus 2016
kereeeen...!
BalasHapusgak sekelas. :">
BalasHapus