Senin, 01 Agustus 2016

Ordinary Holiday



Libur

Tidak ada yang spesial dari cerita liburanku. Hanya sekedar berlibur di rumah selama bulan puasa. Memang terkadang aku dan keluargaku berbuka di luar. Tapi setelah berbuka, kami langsung pulang. Kami tidak menginap di luar kota, hotel, dan semacamnya. Tidurpun hanya kadang-kadang terlalu malam. Tidur pada jam yang seharusnya. Namun aku harus bangun sekitar jam 4 pagi untuk salat subuh. Rutinitasku yang biasa dengan sedikit pengubahan. Setelah salat, aku bisa tidur lagi sampai jam 11 mengingat aku sedang berlibur. Rasanya liburan terlalu cepat berlalu. Berlibur dalam waktu yang kurang lebih sebulan tidak terlalu cukup untukku. Aku terlalu menikmati liburan dengan rutinitas makan-tidur dengan sedikit aktivitas yang memerlukan tenaga hingga aku lupa minggu depan adalah hari liburku yang terakhir. Karena tanggal 18 aku harus pergi lagi ke sekolah. Lebaran juga sudah lewat beberapa hari lalu. Aku tidak seharusnya menyia-nyiakan waktu liburku.

Hari Senin, tanggal 11 Juli, aku mulai melakukan beberapa aktivitas seperti berjalan santai di jalanan dekat rumah. Setelah 25 menit, kurasakan tubuhku begitu letih. Mungkin karena aku tidak terbiasa melakukan aktivitas selama liburan. Awalnya rasa letih itu dapat kulawan, namun lama-kelamaan, aku menyerah. Aku kembali ke rumah untuk istirahat dan minum. Rasanya keringat baru saja bercucuran dari pelipis dan punggungku. Gerah sekali. Aku langsung masuk ke kamar untuk mendinginkan tubuhku. Aku tidak beranjak dari kamarku sama sekali setelah itu. Aku merebahkan tubuhku di ranjang dan menyalakan laptop. “Komik baru apalagi yang diterbitkan di sini?” aku bergumam sendiri. Kuambil selimut supaya posisiku semakin nyaman. Segelas susu yang sedang mama siapkan untukku akan menyegarkanku. Kudengar pintu geser kamarku digeser. Mama membawakanku segelas susu full cream dingin kesukaanku, mama memang tahu yang kubutuhkan saat ini.

Mama duduk di pinggir tempat tidurku dan mengamati apa yang kulakukan. Dia berbincang-bincang denganku sebentar masalah liburan. Mama bilang aku terlalu terbuai dengan semua gadget dan kamarku. Ya, mama benar, aku terlena dengan semua hal yang menarik perhatianku. Aku tahu tidak baik begini terus. Tapi tidak tahu kenapa aku suka melakukannya. Aku hanya mengangguk-angguk tanda mengerti sambil tetap mengarahkan pandanganku ke layer laptop. Sekitar 10 menit mama mengoceh tentang masalah liburanku, setelah itu ia beranjak pergi sebelum menawarkanku ingin sarapan apa. Pertanyaan yang menyulitkanku. Aku hanya bilang ingin waffle. Mama pun pergi menelepon layanan pesan-antar makanan. Aku tetap di kamar. Aku mencari-cari komik bagus yang baru di-update. Tema-nya horror semua. Bukannya aku takut dengan komik horror, tapi komik horror luar negeri kurang seram dibandingkan buatan Indonesia. Indonesia terkenal dengan hantu-hantunya yang bikin merinding. Uji nyali di TV yang seharusnya tidak terlalu seram pun dapat dibuat seperti film seram yang top. Jago banget hantu-hantu itu memainkan perannya. Tapi kenapa komik dan hasil karya Indonesia selain tema horror tidak ada yang menarik? Cerita comedy, superhero, drama, terutama romansa, memiliki kualitas rendah. Cerita romansa dan dramanya itu-itu saja. Seorang nakal, pasangannya baik, sehingga mereka musuhan, lalu baikan dan jadian. Gak ada hal lainkah yang berbeda? Jadi khusus tema horror, yang kucari adalah buatan Indonesia. Terkadang aku rela bergadang hanya untuk membaca seluruh chapter horror-nya. Alasannya bukan hanya karena menarik, tapi juga berhasil membuatku ketakutan setengah mati sampai mataku menolak untuk terpejam. Untung masih hari libur. 

Sudah 30 menit laptop kubiarkan menyala untuk mengalihkan perasaan laparku, aku belum sarapan sejak mama menawarkan ingin sarapan apa. “Pesanan!!!” akhirnya datang juga. Aku begitu semangat membuka pintu gerbang, menyambut kedatangan pengantar makanan itu.
***
Rasanya penuh sudah perutku. Aku mandi dan berganti pakaian. Aku membuat sebuah novel karyaku. Aku harus menggunakan waktu luang sebaik-baiknya. Kubuka lagi laptopku dan memasukkan flash disk-ku ke dalam lubangnya. Sebaiknya cerita ini kucicil mulai sekarang, ini tidak akan jadi novel yang bagus kalau aku hanya menuangkan separuh dari ideku setiap harinya. Aku butuh menulis 100 halaman lebih. Belum termasuk data diri pengarang, daftar isi, dan lain-lain. Novelku tidak akan pernah selesai. Mungkinkah kalian bertanya-tanya, novel seperti apa yang aku buat? Yah, ceritaku tidak akan jauh dari kucing. Aku tidak sulit menemukan inspirasi, malah kadang inspirasi datang begitu saja. Aku sulit merangkai kata agar enak dibaca, jadi prosesnya butuh waktu agak lama.

Sore harinya, aku jogging di pinggir jalan dekat rumah. Aku tidak akan memilih patokan tempat yang jauh sekali dari rumah. Aku hanya jogging 200 meter dari rumah, kemudian balik lagi 200 meter ke arah rumah. Begitu terus, hingga aku mencapai jarak 1 kilo meter (1000 m). Aku tidak mau berjalan saat sedang jogging, itu hanya akan melelahkan kondisi tubuhku, aku tetap berlari tapi dengan napas yang teratur. Itu trik yang kutahu.

Malamnya, entah mengapa tubuhku terasa lelah sekali. Aku bercermin, dan ya, wajahku sangat kecapaian. Aku tidur pukul 8 malam setelah salat Isya, aku mudah sekali tertidur malam ini. Tidak perlu lagi menghitung sampai 100… Aku akan skip waktu selanjutnya, ke waktu yang akan kuceritakan (dan kuingat).
***
Hari Kamis, tanggal 14 Juli 2016,

Papa dan mamaku melakukan kerja bakti hari ini. Satu penyebabnya, ada virus panle mewabah di rumahku. Tenang, virus itu tidak akan berefek pada manusia, hanya akan menular pada kucing lainnya. Seperti manusia yang sedang pilek, manusia lainlah yang tertular. Masalahnya, virus ini bukan seperti pilek, batuk atau sejenisnya. Ini virus yang sangat berbahaya. 90% kemungkinannya kucing yang terkena virus ini akan mati. Dari sekian banyak kucingku yang terkena panle, hanya 2 yang bertahan dari virus mematikan itu. Tapi kejadian itu sudah lama terjadi. Sudah setahun silam sejak virus panle menyerang kucing-kucingku. Hanya mereka yang antibody-nya kuat yang bisa menahan virus mematikan itu. Dan bila mereka sudah terkena virus itu lalu selamat, mereka tidak bisa terserang virus panle lagi. Sama halnya seperti manusia yang terkena cacar air.

Saat papa sedang menyapu halaman depan, di dekat pagar terdengar suara anak-anak kucing. Insting seorang pecinta kucing, saat mendengar suara itu, papa langsung meninggalkan sapu lidi-nya. Dia mencari-cari asal-muasal suara tersebut. Cuma ada sebuah box dilapisi plastik berwarna hitam. Papa penasaran dan membukanya. Lantas ia geram saat melihat apa yang ada di dalamnya. Bayi-bayi kucing yang baru saja lahir, matanya masih belum terbuka, tubuhnya hampir sama dengan seekor hamster kecil. Begitu lemah dan tak berdaya. Papa mencari-cari induknya, tapi tidak juga ditemukan. Betapa teganya orang-orang itu membuang bayi-bayi kucing ini. Menaruh mereka di dalam sebuah box, lalu dibungkus plastik hitam dan diikat kuat. 

Segera, papa membawa mereka berlima masuk ke rumah. Ia menyiapkan kandang, membersihkannya dengan alkohol, membilasnya agar tidak berkuman, dan membuatkan susu sapi untuk mereka. Papa mencuci tangannya dulu, lalu mulai memberi mereka susu sapi hangat itu. Mereka tampak kehausan. Kasihan sekali.

Setiap 2 jam, papa memberikan mereka berlima susu sapi. Mereka meminumnya dengan tergesa-gesa, jelas sekali kalau mereka lapar dan haus. Jadi inilah penghuni baru rumah kami. Paling muda di antara kucing-kucing di sini lainnya. Paling berbeda, dan paling kecil. Semoga saja virus panle tidak menyerang bayi-bayi ini.
***
            Minggu, 17 Juli 2016,

            Sudah 4 hari lamanya mereka berada di rumahku. Para penghuni baru itu semakin dewasa dan tidak suka bermanja-manja. Berbeda dengan kucing lainnya yang suka menarik perhatian. Mata mereka masih terpejam. Pada umumnya, bayi kucing matanya baru akan terbuka di hari ke-7. Walaupun bisa lebih cepat dari 7 hari, tapi mereka tidak minum ASI ibu mereka, mereka minum susu sapi yang mana akan memperlambat pertumbuhan mereka. Oh, ya, aku akan lupakan tentang kucing dulu, ini hari libur terakhirku! Hari terakhir aku bisa tidur dengan nyaman dan lelap, hari terakhir aku bisa bersantai-santai. Tidak ada waktu libur lagi. Jadwal untuk pekan depan di sekolah semakin padat. Aku tidak siap dengan apa yang akan kuterima besok. Teman sekelasku, guru-guruku, wali kelas, kelas… Aku benar-benar tidak siap. Sebaiknya kupersiapkan mentalku. Tidak masalah kalau aku tidak mengenal siapapun di kelas, setidaknya mereka teman yang baik. Setidaknya mereka tidak akan mengucilkanku. Ya, Allah, semoga aku bisa betah di kelas baru ini, dan semoga teman-teman baruku menerimaku.
***
            Tidak tahu apa yang kupikirkan, tapi semua negative thinking itu sirna seketika saat aku memulai kelas pertamaku. Teman-teman baruku bukan hanya cantik dan menarik, mereka sangat ramah dan baik padaku. Apa yang semula kukhawatirkan berganti dengan apa yang kunantikan. Hari ini, Senin 18 Juli, kumulai kedudukanku di kelas 8, dan kuakhiri liburan panjangku, menutup liburanku dengan hari pertamaku bersama teman-teman di kelas 8. Kuharap semakin hari semakin membaik di kelas 8 ini.
Anindya Azhra P. (4) VIII-D
Jakarta, 1 Agustus 2016

2 komentar: